March 2019
1Baja Ringan Banda AcehBaja Ringan Banda Aceh
2Baja Ringan LangsaBaja Ringan Langsa
3Baja Ringan LhokseumaweBaja Ringan Lhokseumawe
4Baja Ringan SabangBaja Ringan Sabang
5Baja Ringan SubulussalamBaja Ringan Subulussalam
6Baja Ringan BinjaiBaja Ringan Binjai
7Baja Ringan GunungsitoliBaja Ringan Gunungsitoli
8Baja Ringan MedanBaja Ringan Medan
9Baja Ringan Padang SidempuanBaja Ringan Padang Sidempuan
10Baja Ringan PematangsiantarBaja Ringan Pematangsiantar
11Baja Ringan SibolgaBaja Ringan Sibolga
12Baja Ringan TanjungbalaiBaja Ringan Tanjungbalai
13Baja Ringan Tebing TinggiBaja Ringan Tebing Tinggi
14Baja Ringan BengkuluBaja Ringan Bengkulu
15Baja Ringan JambiBaja Ringan Jambi
16Baja Ringan SungaipenuhBaja Ringan Sungaipenuh
17Baja Ringan DumaiBaja Ringan Dumai
18Baja Ringan PekanbaruBaja Ringan Pekanbaru
19Baja Ringan BukittinggiBaja Ringan Bukittinggi
20Baja Ringan PadangBaja Ringan Padang
21Baja Ringan Padang PanjangBaja Ringan Padang Panjang
22Baja Ringan PariamanBaja Ringan Pariaman
23Baja Ringan PayakumbuhBaja Ringan Payakumbuh
24Baja Ringan SawahluntoBaja Ringan Sawahlunto
25Baja Ringan SolokBaja Ringan Solok
26Baja Ringan LubuklinggauBaja Ringan Lubuklinggau
27Baja Ringan Pagar AlamBaja Ringan Pagar Alam
28Baja Ringan PalembangBaja Ringan Palembang
29Baja Ringan PrabumulihBaja Ringan Prabumulih
30Baja Ringan Bandar LampungBaja Ringan Bandar Lampung
31Baja Ringan MetroBaja Ringan Metro
32Baja Ringan PangkalpinangBaja Ringan Pangkalpinang
33Baja Ringan BatamBaja Ringan Batam
34Baja Ringan TanjungpinangBaja Ringan Tanjungpinang
35Baja Ringan JawaBaja Ringan Jawa
36Baja Ringan BandungBaja Ringan Bandung
37Baja Ringan BanjarBaja Ringan Banjar
38Baja Ringan BatuBaja Ringan Batu
39Baja Ringan BekasiBaja Ringan Bekasi
40Baja Ringan BlitarBaja Ringan Blitar
41Baja Ringan BogorBaja Ringan Bogor
42Baja Ringan CilegonBaja Ringan Cilegon
43Baja Ringan CimahiBaja Ringan Cimahi
44Baja Ringan CirebonBaja Ringan Cirebon
45Baja Ringan DepokBaja Ringan Depok
46Baja Ringan Jakarta Baja Ringan Jakarta 
47Baja Ringan Jakarta UtaraBaja Ringan Jakarta Utara
48Baja Ringan Jakarta TimurBaja Ringan Jakarta Timur
49Baja Ringan Jakarta PusatBaja Ringan Jakarta Pusat
50Baja Ringan Jakarta SelatanBaja Ringan Jakarta Selatan
51Baja Ringan Jakarta BaratBaja Ringan Jakarta Barat
Gaji para Founder Startup

Cara Menentukan Gaji para Founder Startup

Gaji para Founder Startup – Memulai bisnis merupakan suatu tindakan yang jauh berbeda dari menghasilkan pendapatan dengan menjadi karyawan. Perubahan tersebut juga menciptakan tantangan di mana kamu harus merelakan kehilangan gaji besar dan sumber pendapatan yang stabil.
Banyak orang bertanya, “Apakah ini berarti saya harus menunggu hingga akhir tahun untuk menerima gaji?” “Bagaimana saya membayar kebutuhan sehari-hari?” Kekhawatiran ini merupakan hal yang biasa dirasakan oleh para founder startup ketika mereka mulai membangun perusahaan.
Di artikel sebelumnya, saya menulis tentang mengapa skema gaji bukan cara terbaik bagi para founder untuk mendapat penghasilan. Dalam artikel ini, saya akan mencoba mengisi celah pengetahuan tentang bagaimana skema gaji para founder dapat dibuat dengan lebih terstruktur.

Gaji pokok founder

Izinkan saya memulai dengan memberikan gambaran tentang bagaimana founder dapat menggaji dirinya sendiri. Pada dasarnya, ada dua jenis skema pembayaran:
  • untuk pekerjaan, dan
  • untuk investasi.
Pembayaran untuk pekerjaan biasanya berwujud gaji. Karena para founderbekerja untuk startup yang ia bangun, tentu saja menerima kompensasi berupa gaji merupakan hal yang lumrah. Namun menentukan besar gaji tidak mudah, beberapa founder bahkan menghancurkan persahabatan di antara para co-founder karena perkara ini!
Pembayaran untuk investasi biasanya dilakukan dalam bentuk dividen. Bentuk paling sederhana pembagian dividen yaitu dengan membagi rata berdasarkan nilai saham yang dimiliki investor. Cara ini relatif lebih mudah karena masing-masing orang mengetahui nilai saham yang dimiliki setiap pihak.
Namun, jika kamu tidak mengetahui nilai saham yang kamu punya atau jumlah saham yang beredar untuk startup milikmu, kamu sebaiknya mulai merasa khawatir dan pikirkan lagi tentang bisnis yang kamu jalankan.

Pembayaran untuk pekerjaan

Mendapat gaji pada akhir bulan merupakan hal yang lazim terjadi ketika kamu bekerja di suatu perusahaan. Hal ini juga diajarkan di sekolah dan  ini juga yang kamu alami ketika bekerja untuk orang lain.
Saya sudah menyinggung perihal ini di artikel sebelumnya, sebagai founder, kamu sebaiknya tidak mematok gaji yang tinggi untuk dirimu sendiri. Metode ini tidaklah efisien, berikut alasannya.

Membuat struktur skema pembayaran atas kerja kamu

Saya tidak akan secara detail membahas kompleksitas struktur gaji, karena hal ini cukup rumit. Selain itu, berdasarkan pengalaman saya, tidak ada satu solusi sempurna yang bisa diterapkan di semua kondisi.
Meski demikian, ada beberapa hal mendasar yang patut kamu ketahui. Susun skema gaji kamu menjadi dua bagian:
  • gaji pokok, dan
  • gaji berdasarkan performa kerja.
Apa perbedaan di antara keduanya? Gaji pokok merepresentasikan gaji minimum untuk kamu dan para co-founder lain (dengan asumsi kalian juga bekerja di startup tersebut). Sementara skema gaji berdasarkan performa berhubungan dengan kinerja kamu dan para co-founder selama bulan, seperempat tahun, atau setahun masa kerja.

Mengapa saya merekomendasikan skema ini?

Pertama, gaji bisa membuat kamu dan para co-founder kehilangan motivasi untuk bekerja lebih keras. Jika semua orang mendapatkan jumlah gaji yang sama setiap bulannya, kamu akan mulai meragukan beban kerja kolega lain. Dalam hitungan tahun, kamu akan mulai meragukan hubungan kalian, dan pada akhirnya perusahaan mulai tumbang karena ketidakpercayaan.
Kedua, dengan berfokus pada pembayaran berdasarkan performa, tiap individu akan bekerja menuju satu arah bisnis yang sama. Tidak ada tebak-tebakan berkat sistem scorecard (rekam jejak statistik untuk mengukur pencapaian kinerja seseorang). Tidak ada keraguan, karena semua jelas terukur dan telah disepakati.
Dan tentu saja, skema pembayaran berdasarkan performa seharusnya sejalan dengan pendapatan dan dana yang startup kamu miliki. Jika kamu membayar dengan angka yang besar untuk kinerja tertentu, bisa jadi performa tersebut hanya bertahan sementara waktu.

Pembayaran untuk investasi

Ketika berbicara tentang pembayaran karena investasi, biasanya, kita akan langsung menghubungkan hal ini dengan dividen. Ya, saat itu investasi yang kamu terima masuk jadi modal perusahaan.
Sebenarnya ada banyak cara melakukan investasi di suatu perusahaan. Jenis investasi yang bisa kamu gunakan untuk membangun startup milikmu antara lain yang memungkinkan investor memperoleh hak suara, mendapatkan jaminan pengembalian, pendapatan bunga, dan lain-lain.
Instrumen ekuitas adalah aspek penting yang perlu dipahami para founder. Hal ini dapat membantu kamu menciptakan skema manfaat bagi karyawan dan distribusi keuntungan.
Dan tentu saja, dalam kasus-kasus tertentu, investor pihak ketiga sebenarnya tidak perlu mendapatkan hak suara, bukan? Dengan mengetahui perbedaan saham dan apa saja yang melekat padanya akan membantu kamu membuat kesepakatan yang lebih baik.

Mengawinkan keuntungan dengan kepemilikan saham

Ciptakan rasa percaya sebagai fondasi untuk memotivasi kamu, para co-founder, dan bahkan karyawan. Kepercayaan tidak bisa dinilai dengan uang, sehingga harus diubah menjadi suatu yang nyata atau sepadan agar berjalan dalam jangka waktu lama.
Bonus kepemilikan saham sudah ada sejak lama. Banyak startup mengizinkan karyawannya untuk menerima bagian saham perusahaan dengan ketentuan tertentu (secara teknis, hal ini disebut vesting, yaitu saham perusahaan yang dimiliki oleh karyawan baik ketika masih bekerja di perusahaan tersebut atau sudah keluar).
Karena dapat memberikan rasa kepemilikan, sehingga mendorong mereka menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke bisnis.
(Saya tidak akan banyak membahas tentang hal ini untuk menghindari pengulangan, tetapi sebagai peringatan: hukum di negara-negara Barat belum tentu sama dengan negara kamu. Jadi berhati-hatilah. Saya mengerti, tidak banyak yang menulis tentang hal ini dalam konteks Asia. Kebanyakan masih berasal dari perspektif Silicon Valley. Jadi sebaiknya carilah saran terlebih dahulu sebelum melanjutkan).
Mengapa bonus saham? Karena dapat memberikan rasa kepemilikan, sehingga mendorong mereka menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke bisnis. Dan tentu saja, untuk para founder, agar lebih keras lagi dalam bekerja.
Bukankah akan terasa lebih bermakna jika kamu mendapatkan lebih banyak “kepemilikan” setelah bekerja keras? Namun tetaplah berhati-hati terhadap pembagian saham tersebut.

Tunggu, di artikel sebelumnya kamu baru saja mengatakan saya sebaiknya tidak digaji?

Ya, benar sekali. Pemberian gaji berdasarkan performa kerja bukan berarti selalu dalam bentuk tunai.
Ada banyak cara menyusun skema gaji. Pikirkan dan pelajari lagi dengan lebih mendalam. Prosesnya mungkin akan melibatkan banyak bidang ilmu seperti akuntansi, keuangan, hukum, ekonomi, dan manajemen sumber daya manusia yang sulit.
Kesalahan membuat startup gagal

Kesalahan membuat startup gagal

Kesalahan membuat startup gagal – Paul Graham merupakan salah satu co-founder Y Combinator, program akselelator startup tahap awal yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat. Program Y Combinator sendiri dimulai dari tahun 2005, dan hingga sekarang telah menerima lebih dari 700 startup, beberapa diantaranya seperti 9gag, Reddit, Dropbox, Airbnb, dan masih banyak lagi. Dengan total nilai valuasi portofolio mencapai USD 30 miliar (Rp 378 triliun), Y Combinator bahkan dilaporkan menjadi perusahaan akselerator yang memberikan total pendanaan paling besar dibandingkan dengan jumlah yang diberikan akselelator lain apabila digabungkan.
Selain itu Paul Graham juga merupakan seorang blogger. Di dalam blog pribadinya, ia sering mengulas tentang saran, nasihat, atau tips-tips bagi startup dari pengalamannya mendirikan sejumlah startup dan menjadi seorang mentor dan investor di Y Combinator. Salah satu artikel menarik dari Paul dan yang akan kami bahas kali ini adalah “18 kesalahan yang akan membunuh startup”:

1. Satu orang founder

Mendirikan startup seorang diri merupakan hal yang sangat sulit. Walaupun Anda bisa melakukan semua pekerjaan, Anda tetap memerlukan teman untuk berbagi pendapat, membahas ide-ide gila, atau membuat Anda gembira di saat terpuruk.
Jadi menurut Paul, dibalik startup yang sukses terdapat tim yang kuat dan idealnya dalam sebuah startup terdiri dari dua atau tiga orang founder.

2. Pemilihan lokasi yang kurang tepat

Anda bisa melihat bagaimana industri lain memilih lokasi. Misalnya industri pertambangan pasti akan memilih daerah yang berpotensi untuk ditambang, entah itu emas, batu bara, atau bahan pertambangan lainnya.
Hal ini juga harus diterapkan saat Anda mendirikan startup. Alasan utamanya adalah karena dengan memilih lokasi yang tepat, misalnya kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, startup Anda akan memiliki potensi yang lebih besar untuk berkembang.

3. Menghindari kompetitor

Apabila ide startup Anda bagus, pasti akan memiliki kompetitor, dan mau tidak mau Anda harus menghadapi itu. NNamun, jika Anda menghindari kompetitor dengan cara mengurangi kualitas atau keuntungan maka hal itu bisa berujung kegagalan pada startup Anda.

4. Memecahkan masalah yang sama

Jika Anda melihat startup yang sukses, beberapa diantaranya merupakan “tiruan” dari startup yang sudah ada. Misalnya di Indonesia ada Tokopedia atau Bukalapak, website e-commerce marketplace dengan model bisnis costumer to costumer (C2C). Dua website ini mirip dengan eBay, website e-commerce yang sangat sukses di Amerika Serikat. Hal itu terjadi karena saat Tokopedia dan Bukalapak didirikan, belum ada pemain lain yang memecahkan masalah itu di Indonesia. Dan tentu saja, Tokopedia dan Bukalapak telah berhasil melokalisasi ide bisnis tersebut agar sesuai dengan kebutuhan pasar tanah air.
Sedangkan apabila Anda ingin meniru startup-startup yang sudah berkembang dan dikenal di Indonesia seperti Facebook dan Google, hal itu bisa dibilang sia-sia. Jadi daripada Anda memecahkan masalah yang sama akan lebih baik mencari masalah lain dan membayangkan bagaimana startup Anda akan memecahkan masalah tersebut.

5. Tidak beradaptasi

Di tahap awal pendirian startup, Anda pasti mempunyai sebuah misi atau visi khusus yang ingin diselesaikan. Tapi dalam perjalanan startup Anda, kemungkinan besar hal itu akan berubah seiring perkembangan startup. Misalnya awalnya Anda menggunakan model bisnis business to business(B2B) untuk sebuah produk, dan menemukan bahwa hal itu tidak berhasil. Maka Anda mungkin harus merubah model bisnis untuk menyelesaikan masalah yang berbeda, mungkin dengan merubah model bisnis menjadi business to consumer (B2C).
Banyak startup yang sukses setelah merubah ide awal mereka. Salah satu kisah dari gagal menjadi sukses adalah Twitter. Startup ini awalnya merupakan layanan agregator podcast yang kemudian berubah menjadi website micro blogging.

6. Salah merekrut pegawai khsususnya programer

Memilih programer merupakan salah satu hal penting dalam mendirikan startup. Tapi memilih programmer yang tepat bukanlah perkara mudah dan walaupun ada jumlahnya sangat sedikit. Programmer tentunya adalah orang yang akan membangun platform Anda, dan apabila salah merekrut, Anda akan ketinggalan jauh dan tersaingi oleh kompetitor.

7. Salah memilih platform

Selain merekrut programmer yang tepat, Anda juga harus memilih platformyang tepat untuk startup Anda. Memilih platform yang salah bisa membebani startup Anda atau yang lebih buruk lagi Anda bisa kehilangan pengguna. Misalnya memilih server untuk website Anda, apabila performa server lambat tentunya pengguna menjadi enggan mengunjungi website Anda.
Lalu bagaimana memilih platform yang tepat? Paul mengungkapkan caranya adalah dengan mencari programmer yang tepat dan membiarkan mereka memilih platform yang tepat.

8. Menunda-nunda peluncuran

Banyak startup yang menunda-nunda peluncuran startup mereka karena merasa software atau layanan mereka belum siap 100 persen. Beberapa alasan lain seperti tidak terlalu mengerti akar permasalahan yang akan dipecahkan, takut menghadapi konsumen dan takut dihakimi, atau terlalu sibuk mengerjakan hal lain. Semakin lama Anda menunda peluncuran startup, maka semakin lama Anda akan mendapat jawaban dari permasalahan tesebut.

9. Merilis produk terlalu dini

Paul mengungkapkan bahwa merilis produk terlalu dini bahkan membunuh lebih banyak startup yang meluncurkan produk mereka terlalu cepat. Hal ini akan berdampak pada reputasi startup Anda. Apabila meluncurkan terlalu dini, kemudian sejumlah orang mencobanya, dan apabila itu tidak bagus tentunya mereka tidak akan kembali lagi.
Lalu kapan waktu yang tepat untuk meluncurkan startup? Paul memberi beberapa saran; Pertama adalah membuat perencanaan yang matang. Kedua adalah mengidentifikasi dua inti permasalahan utama, yaitu apakah startup yang Anda buat itu bermanfaat dan bisa berkembang menjadi proyek lain. Ketiga adalah menyelesaikan proyek tersebut secepat mungkin.

10. Tidak memikirkan target pengguna

Apabila Anda membuat sebuah produk untuk orang lain, maka Anda harus membuat produk tersebut sesuai dengan permintaan pengguna dan disertai data yang tepat sebagai acuan. Misalnya apabila Anda ingin membuat sebuah produk khusus anak muda atau pebisnis, Anda harus bicara langsung untuk mengetahui apa kebutuhan mereka. Sehingga produk yang Anda buat tepat sasaran.

11. Menggalang dana terlalu sedikit

Sebagian besar startup yang sukses pernah mendapatkan pendanaan. Besar kecil jumlah dana yang diperoleh akan sangat berdampak pada startup Anda. Misalnya bila pendanaan yang Anda peroleh terlalu sedikit, kemungkinan besar startup Anda tidak bisa menyelesaikan proyek.
Jadi saat berhadapan dengan investor, pastikan jumlah dana yang Anda ajukan cukup untuk menyelesaikan proyek dan membawa startup Anda ke level yang lebih tinggi. Anda mempunyai kendali antara berapa besar uang yang dikeluarkan dan apa tahap selanjutnya. Paul menyarankan untuk mengatur keduanya serendah mungkin: sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan dana sama sekali, dan tujuan utama Anda adalah membuat produk prototipe yang setidaknya siap digunakan.

12. Terlalu boros

Memang sulit membedakan apakah sebuah startup menghabiskan terlalu banyak uang atau mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang kecil. Cara termudah untuk mengetahui hal ini adalah dengan membandingkan dengan startup lain. Misalnya apabila mendapat investasi sebesar Rp 500 juta, dan Anda sudah kehabisan uang sebelum mencapai target, itu berarti Anda terlalu boros.
Cara terbaik untuk menghabiskan dana adalah merekrut pegawai. Paul memberikan tiga-tips bagaimana cara merekrut. Pertama, jangan lakukan itu apabila Anda bisa menghindarinya. Kedua, bayar dengan pembagian saham daripada gaji, tidak saja untuk menghemat uang, tapi juga untuk mengetahui mana orang yang benar-benar berkomitmen. Ketiga, rekrut programmer atau orang yang dapat membantu Anda mendapat pengguna, karena itu adalah dua hal penting yang perlu Anda lakukan pertama.

13. Menggalang dana terlalu banyak

Saat Anda mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang besar, hal itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Semakin besar jumlah investasi yang diperoleh maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk mencarinya. Bahkan terkadang waktu untuk mencari pendanaan lebih lama daripada waktu yang dihabiskan untuk mengembangkan startup itu sendiri.
Jadi Paul memberi saran kepada founder yang sedang mencari pendanaan dari investor untuk menerima tawaran pertama yang menurut Anda tepat. Khususnya apabila Anda mendapat tawaran dari perusahaan terkenal, dengan nilai valuasi yang masuk akal, dan tanpa peraturan yang berbelit-belit. Paul menyarankan untuk mengambil kesempatan ini, sehingga waktu tidak terbuang-buang untuk mencari pendanaan.

14. Manajemen investor yang buruk

Sebagai founder, Anda harus menjaga hubungan dengan investor. Anda tidak boleh mengabaikannya, karena mereka pastinya memiliki hal-hal yang berguna untuk Anda. Tapi Anda juga tidak boleh membiarkan investor menjalankan perusahaan Anda. Karena itu adalah tugas Anda sebagai founder.
Seberapa keras Anda harus menjalin hubungan dengan investor biasanya tergantung pada berapa besar pendanaan yang Anda peroleh. Apabila investor memiliki sebagian besar saham, bisa dibilang investor itu adalah bos dan memiliki kontrol yang kuat terhadap startup Anda. Tapi apabila startup Anda berjalan dengan lancar, hal itu bukanlah masalah dan VC biasanya tidak akan ikut campur.

15. Mengorbankan pelanggan demi profit

Paul menjelaskan bahwa membuat sesuatu yang diinginkan dan diperlukan pengguna jauh lebih susah dan lebih penting daripada model bisnis — untuk mendapat uang. Contohnya, Google membuat mesin pencari yang sangat bermanfaat, setelah itu baru mereka memikirkan bagaimana menghasilkan uang dari mesin pencari tersebut.

16. Tidak mau susah

Apabila Anda seorang founder yang memiliki latar belakang programmer, sadarlah tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kode-kode. Anda perlu relasi untuk mengembangkan bisnis. Anda juga perlu bertemu langsung dengan pengguna Anda untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Pergi keluar dan bertemu langsung dengan mereka merupakan cara yang tepat untuk mengetahui hal itu.

17. Konflik antar founder

Konflik antar founder merupakan hal umum yang terjadi, karena satu sama lain memiliki pendapat yang berbeda. Hal ini terjadi di sejumlah startup, dan biasanya founder yang kurang berkomitmen akan keluar. Jika ada tiga founder dan salah satu yang memiliki peran utama keluar, hal itu merupakan masalah besar. Sedangkan jika ada dua founder dan salah satunya pergi, atau salah satu yang keahlian teknis keluar, itu merupakan masalah yang lebih besar lagi.
Perselisihan ini bisa dihindari apabila mereka lebih berhati-hati dalam memilih co-founder yang akan diajak mendirikan perusahaan. Paul menyarankan jangan pernah mendirikan startup dengan orang yang tidak Anda sukai. Memilihnya hanya lantaran memiliki kemampuan yang Anda perlukan dan tidak ingin mencari yang lain, merupakan kesalahan besar. Orang-orang itu merupakan bagian penting dari startup Anda, jadi jangan pernah berkompromi.

18. Usaha setengah-setengah

Ini merupakan salah satu faktor utama kegagalan sebuah startup. Salah satu cirinya bukanlah orang yang sering membuat kesalahan, tapi orang yang tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Paul mengungkapkan secara statistik, jika ingin menghindari kegagalan, hal utama yang perlu dilakukan adalah meninggalkan pekerjaan utama dan fokus terhadap startup Anda. Sebagian startup gagal karena foundernya tidak meninggalkan pekerjaan utama mereka, dan kebanyakan startup yang sukses karena sang founder melakukannya.
Membuat Proyeksi Jumlah Pendanaan Startup

Membuat Proyeksi Jumlah Pendanaan Startup

Pendanaan Startup – Bagaimana cara kamu menjawab pertanyaan dari investor?
  • Kamu akan menjual perusahaan dengan harga berapa?
  • Mengapa kamu mengumpulkan pendanaan senilai X dolar?
  • Berapa banyak dana yang ingin kamu kumpulkan di putaran selanjutnya? kapan hal itu akan terjadi?
Semuanya dimulai dengan mengetahui apa yang kamu inginkan. Jika kamu tahu apa yang kamu mau, kamu dapat membuat rencana bagaimana cara mencapai keinginan tersebut.
Pikirkan tentang hasil yang kamu inginkan: melakukan IPO. Kemudian, atur langkah-langkah yang bisa kamu ambil untuk mencapainya, yang akan membantu kamu mendapatkan gambaran lebih baik tentang peta menuju tujuanmu.
(Kebanyakan orang sekarang membangun startup dengan mengandalkan investasi dari VC. Jadi, artikel ini akan fokus pada kasus seperti ini.)

Tentukan tahap-tahap penggalangan dana

Kamu perlu mengubah sudut pandang jika membangun startup dengan pendanaan investor. Karena ini bukan hanya tentang melakukan IPO, tapi juga cara mencapai tahap pendanaan selanjutnya.
Tentu ada alasan mengapa kamu tidak berhasil mendapatkan pendanaan US$300 juta (sekitar Rp4,2 triliun) ketika kamu mulai membangun perusahaanmu—mungkin karena kamu belum cukup membuktikannya.
Jadi, apa yang harus kamu buktikan pada setiap tahap pendanaan:
  1. Angel: Buktikan bahwa kamu dapat membangun produk dan mendapatkan pengguna.
  2. Pendanaan awal: Melakukan validasi tentang asumsi utama: Apakah memang ada pasar yang cukup besar? Apakah pemasaran yang kamu lakukan telah berjalan baik? Apakah kamu dapat merekrut karyawan? Dan lainnya.
  3. Seri A: Kamu harus bisa menunjukkan dapat memperluas jangkauan bisnis, menerapkan proses dan sistem, dan merekrut karyawan unggulan.
  4. Seri B: Putaran ini adalah tentang menunjukkan bahwa kamu dapat mengukur apa yang sudah kamu lakukan. Tentu masih ada yang harus dibenahi, tapi kamu sudah mendapat gambaran jelas tentang unit ekonomi startup (CAC, LTV, dan waktu balik modal).
  5. Seri C+: Kamu menunjukkan bahwa kamu bisa masuk ke pasar utama dan membuat bisnismu berkibar di sana.
Alasan mengapa tahapan-tahapan tersebut penting adalah karena para investor tidak berdiam di satu tahapan saja. Investor yang fokus pada tahap pertumbuhan biasanya tidak akan terjun ke seri A, kebanyakan investor yang masuk ke tahap pendanaan seri A tidak memberikan pendanaan tahap awal, dan lainnya.
Dalam jangka pendek, para VC hanya peduli tentang satu hal: agar pendanaan awal yang mereka berikan terus mendapat investasi lanjutan.Jadi, pembelajaran utama di sini adalah untuk berpikir tentang tahap pendanaan lanjutan.

Mulai dengan mengetahui tujuan akhir kamu

Tahap pertama adalah mengetahui kamu ingin menjual perusahaan dengan harga berapa? US$1 miliar (sekitar Rp14,1 triliun)? Baik.
Masukkan angka tersebut dalam konteks dengan latihan sederhana berikut. Periksa angka kelipatannya di industri kamu. Jika perusahaan serupa telah terjual atau masuk ke bursa saham dengan harga sepuluh kali lipat dari jumlah pendapatannya, maka kamu jadi mengetahui angka kelipatan bagimu.
Bagikan angka US$1 miliar (sekitar Rp14,1 triliun) dengan 10, dan kamu mendapatkan angka sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun) (pendapatan ini sekarang menjadi tujuan kamu, bukan US$1 miliar).
Jadi pertanyaan besarnya kini adalah:
  • Bagaimana cara kamu mendapatkan US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun) bagi perusahaan?
  • Berapa lama kamu akan mendapatkannya?
  • Berapa banyak putaran dan berapa jumlah uang yang kamu butuhkan untuk setiap putaran?

Lakukan perhitungan pada tiap putaran

Apa yang harus kamu lakukan adalah memisahkan kebutuhan pada tiap putaran.
Jadi, pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak putaran yang perlu kamu lakukan untuk mendapatkan US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun)? Pada contoh ini, saya menganjurkan kamu melakukan delapan putaran.
Selanjutnya, kamu harus melakukan sejumlah riset dan melihat berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membangun perusahaan serupa.
Kamu dapat mengecek informasi tersebut di Crunchbase. Apakah pembangunan tersebut membutuhkan US$150 juta (sekitar Rp2,1 triliun)? Bagaimana kamu mengalokasikan dana tersebut di seluruh putaran? (Petunjuk: yang terakhir akan menjadi yang terbesar).
Mulailah dari target akhir, gambarkan panah dari seri E menuju IPO. Dari putaran tersebut, seberapa besar perkembangan yang perusahaan kamu butuhkan untuk melakukan IPO? Mungkin kamu merasa perlu menghasilkan pertumbuhan pendapatan sekitar 60 persen. Tidak masalah. Ini berarti pada seri E, kamu perlu mencetak pendapatan senilai US$62 juta (sekitar Rp875 miliar).
Kembali ke topik semula, jika kamu punya waktu operasional perusahaan selama 18 bulan, seberapa besar kamu ingin tumbuh untuk mendapatkan US$62 juta (sekitar Rp875 miliar) pada seri E? Jika kamu melipatgandakan pendapatan, kamu harus mendapatkan US$31 juta pada seri D. Terus lakukan ini, hingga tiba pada tahapan kamu sekarang.
Menurut tingkat pertunbuhan pada setiap putaran, kamu dapat melihat seberapa banyak yang kamu butuhkan pada tahapan putaran pendanaan angel (atau tahap pendanaan awal apapun).
Jika proyeksi angka yang kamu buat terlalu rendah atau tinggi, kamu harus mengulanginya agar angka tersebut terdengar masuk akal.

Mengapa kamu mengumpulkan pendanaan sejumlah x dolar?

Yang sudah kita lakukan adalah memetakan setiap tahap pendanaan, sekaligus target pendapatan dan pertumbuhan yang kamu perlu capai tiap tahapan dan lanjutannya.
Jika seorang investor bertanya,”Mengapa kamu membutuhkan US$500.000 (setara Rp7 miliar)?” kamu kini memiliki amunisi untuk menjawabnya.
Para investor, tentu saja, peduli tentang bagaimana kamu akan menghabiskan uang tersebut. Jadi kita akan membahas perihal itu nanti.

Saya tahu kamu terobsesi dengan pendanaan, namun proses ini juga menuju suatu akhir. Tak lama setelah kamu menyelesaikan suatu putaran pendanaan, kamu mesti segera kembali bekerja dan menerapkan investasi yang sudah diterima untuk pertumbuhan perusahaan.
Jadi, selamat! Kamu telah menerima pendanaan seri A. Tujuan kamu selanjutnya adalah seri B. Apa yang harus kamu capai untuk mendapatkannya?
Kisah Sukses Startup

Pola dari Semua Kisah Sukses Startup yang Patut Kamu Ketahui

Kisah Sukses Startup – Masa depan adalah milik orang-orang yang menceritakan kisah terbaik. Di balik setiap kisah yang menarik terdapat pola universal, yaitu “perjalanan sang pahlawan”.
Istilah itu datang dari Joseph Campbell, seorang ahli mitologi. Campbell berpendapat bahwa setiap sejarah manusia adalah gabungan dari berbagai kisah yang melintasi waktu, budaya, letak geografis, usia, dan jenis kelamin. Kamu bisa temukan buktinya dalam berbagai hal, mulai dari Star Wars, Game of Thrones, Jane Eyre, The Wizard of Oz, dan bahkan dalam kisah jatuh-bangun banyak startup.
Saat kamu memahami pola dasar dari kisah-kisah ini, kamu akan lebih siap untuk mengarahkan perjalananmu menuju kesuksesan.
Perjalanan saya sendiri berawal dari ide sederhana. Setelah 12 tahun berlalu, saat ini JotForm melayani 4,1 juta pengguna. Tetapi perjalanan ini sangat berliku, penuh dengan tikungan, belokan, dan rintangan yang tak terduga.
Walau mudah untuk membayangkan bahwa kesuksesan dimulai dengan sedikit kejeniusan, itu hampir tidak pernah terjadi. Jalan itu tentu saja bukan jalan menuju transformasi bermakna.
Di situlah perjalanan sang pahlawan dimulai. Ayo kita lihat lebih dekat.
(Catatan: Saya memangkas sedikit tahap-tahapnya, tetapi ingatlah bahwa semua tahap itu penting.)

Tahap 1: Dunia biasa

Kisah ini dimulai dengan sang pahlawan berada di lingkungan normal. Situasinya aman dan tanpa kejutan. Luke Skywalker adalah anak petani yang bosan. Rutinitas Dorothy sehari-hari di Kansas sangat bisa ditebak.
Di dunia kita, mungkin itu semacam ritme menyenangkan karena mendapatkan gaji rutin atau bekerja dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Bisa juga seperti memusatkan perhatian pada fitur-fitur kecil dan pembaruan minor saat bisnismu berpotensi mengubah pasar.

Tahap 2: Tantangan petualangan

Sang pahlawan menghadapi masalah, petualangan, atau tantangan. Dalam Star Wars, Obi-Wan Kenobi meminta Luke membantu menyelamatkan Princess Leia dan memulihkan tatanan alam semesta.
Pada 2007, Brian Chesky dan teman sekamarnya, Joe Gebbia, kesulitan membayar sewa di San Francisco. Setelah mengetahui bahwa suatu konferensi desain akbar akan berlangsung dan hotel-hotel bakal penuh, mereka memutuskan untuk menyewakan tiga kasur angin di loteng mereka dan mengajak tamu-tamunya berkeliling kota. Inilah awal kelahiran Airbnb.
Dalam kasus kami, tantangan petualangan ini datang dari pelanggan. “Tamparan” ini mengungkap fakta yang kami abaikan beberapa tahun terakhir, yaitu kami terlalu nyaman membuat formulir online.
Kami selalu berpikir bahwa tugas kami adalah membuatnya unggul di pasar yang dipadati lusinan pembuat formulir online. Kami tidak tahu bahwa mendengarkan tantangan ini akan mengubah DNA bisnis kami dan mendefinisikan pasar yang sepenuhnya baru.

Tahap 3: Menolak tantangan

Kisahnya akan terasa palsu jika sang pahlawan langsung bertindak. Sebaliknya, pahlawan justru berjuang melawan ketakutan akan hal yang masih samar dan menolak tantangan petualangan itu. Jika kamu pun merasa begitu, kamu jelas tidak sendirian.
Identifikasi masalah utama ketakutanmu, karena itu langkah pertama untuk mengatasinya. Setelah itu, terus perhatikan tujuanmu, akui hal-hal yang kamu hindari, dan tetaplah maju.
Dengan kata lain, jawablah tantangan itu.

Tahap 4: Bertemu mentor

Saat perjalanan dimulai, sang pahlawan pun bertemu mentornya. Biasanya mentor adalah sosok lebih tua dan bijaksana yang menyiapkan sang pahlawan menghadapi hal-hal yang belum pasti.
Mentor bisa saja seorang pertapa, seperti Yoda, atau penyihir baik hati yang menawarkan nasihat bijak dan sepasang sandal bertatahkan batu delima. Mentor juga bisa berupa orang tua, guru, atau teman.
Beberapa bulan belakangan, tim user experience research (UXR) menjadi mentor kami. Dulu kami memandang formulir sebagai cara untuk mengumpulkan data, tetapi panduan dari tim UXR membantu kami menemukan bahwa banyak pelanggan sebenarnya memakai produk kami untuk bertindak berdasarkan data, menganalisis, dan memahami arti data bagi bisnis mereka.
Kita mungkin sudah tahu hal ini sebelumnya, tetapi memilih tidak menjawab tantangan itu. Di sanalah fungsi mentor. Mereka membuka mata kita dan memaksamu untuk mendengarkan tantangan yang ada.

Tahap 5: Ujian, teman, lawan

Setelah sang pahlawan melewati ambang tantangan pertama, momentum pun mulai terbangun. Dorothy berangkat dari Yellow Brick Road. Luke dan teman-temannya mengelilingi galaksi untuk mengalahkan Darth Vader.
Dalam perjalanan, sang pahlawan mendapatkan teman dan lawan. Mereka juga harus menghadapi banyak ujian. Perjalanan sang pahlawan menunjukkan kepada kita bahwa perjuangan tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari proses.
Tidak peduli apakah kamu merintis perusahaan, merilis proyek baru, atau menjalankan organisasi nirlaba. Kamu akan menghadapi ujian, kegagalan, dan harus berusaha bangkit kembali.

Tahap 6: Cobaan

Sekarang kisahnya semakin nyata. Sang pahlawan menghadapi ketakutan terbesarnya, sering kali dengan berjuang hingga titik darah penghabisan, baik secara fisik, kecerdasan, emosional, atau psikologis.
Pada 2011, Airbnb adalah startup beranggotakan 40 orang yang menghadapi cobaan besar. Perusahaan Eropa bernama Wimdu meruntuhkan situs web dan bisnis model mereka. Sementara Wimdu masih memiliki US$90 juta di bank, Airbnb hanya berhasil mengumpulkan US$7 juta.
Tetapi Airbnb memilih untuk melawan. Mereka menjadi besar dan berani, mengumpulkan tambahan dana US$112 juta, dan membuka 9 kantor global kurang dari satu tahun. Pada Juni 2012, Airbnb mengalahkan Wimdu.
Seperti yang dikatakan Chesky pada investor dan penulis Blitzscaling, Reid Hoffman, “Samwer bersaudara (orang Jerman yang mendirikan Wimdu) memberi kami hadiah. Mereka memaksa kami untuk berkembang lebih cepat dari yang pernah kami lakukan sebelumnya.”
Perjalanan sang pahlawan mengajari kita bahwa apa pun yang menghadang, kamu akan lebih kuat setelah berhasil mengatasi cobaan itu.

Tahap 7: Hadiah

Sang pahlawan menang. Dia menaklukkan iblis atau melarikan diri dari Wicked Witch. Sekarang dia bisa merebut harta misterius itu, bisa berupa apa pun. Pedang ajaib, pengetahuan yang diperoleh susah payah, rasa hormat dari masyarakat, atau kepuasan pribadi.
Apa hadiahmu? Tetapkan sendiri hal itu. Uang, pujian, pengakuan memang hebat. Tetapi, apa hal-hal itu cukup untuk membawamu melewati cobaan? Perjelaslah hal-hal yang kamu kejar dan pilihlah dengan bijak.

Tahap 8: Jalan pulang

Setelah perayaan kemenangan, saatnya tahap perjalanan pulang. Sekarang sang pahlawan harus menghadapi dampak dari tindakannya. Dia masih harus menghadapi tantangan-tantangan lainnya.
Akhirnya, sang pahlawan tiba di rumah dengan membawa harta: kebebasan, kedamaian, cinta, pengetahuan. Tetapi apa pun hartanya, perjalanan itu telah mengubah dirinya selamanya.

Jawab tantangannya

Keluar dari zona nyaman memang tidak mudah, dan tahap-tahap perjalanan sang pahlawan bisa membantumu.
Ketika kamu sadar bahwa kamu akan menghadapi tantangan dan akan ada tantangan-tantangan di sepanjang jalan, kamu akan lebih siap menjalani petualangan itu. Kamu bisa menghadapi ketakutanmu, tahu bahwa itu akan menghasilkan perubahan.
Saya paham karena saya juga suka main aman. Saya menolak peluang dan menghindari hal-hal yang tidak pasti. Tetapi sekarang tidak lagi.
Jadi, jika kamu siap bergabung dengan saya, ini dua saran yang mungkin bisa membantumu mengambil tindakan.
  1. Hadapilah langsung: Apa yang kamu hindari? Tantangan-tantangan dan peluang apa yang kamu tunda? Terkadang, jawabannya tersembunyi, dan mengungkap tahap-tahap itu adalah bagian dari pertarungan. Pada kasus lain, petualangannya tepat di depanmu, tetapi kamu tidak mau melihatnya.
  2. Dapatkan bantuan: Bertanyalah pada mentor, pakar, karyawan magang, teman, dan guru. Kamu akan butuh mereka semua. Kumpulkan semua sekutumu bukan karena mereka bisa membantumu di saat-saat sulit, tetapi juga karena mereka membantu membuat perjalananmu berharga.
Saat kamu harus memilih antara tetap di “dunia biasa” atau menghadapi hal yang tidak pasti, ingatlah: Transformasi itu tidaklah mudah. Ini adalah petualangan, dan ini perjalanan paling berharga yang bisa kamu lakukan.
Back To Top