Harga pakan ayam hasil olahan pabrikan ternama saat ini melambung tinggi, akibanya banyak peternak khawatir akan kelanjutan usaha budidaya mereka. Hal ini paling dirasakan oleh para peternak mandiri, dimana seluruh biaya produksi harus mereka tanggung sendiri. Sebenarnya kondisi seperti ini bisa menjadi peluang usaha yang sangat prospektif terurama bagi kita yang memiliki kemampuan dalam mengloah (meransum) pakan ternak ayam, khususnya pakan untuk ayam petelur.
BACA SELENGKAPNYA DI KANDANG AYAM MODERN
Hampir 80 % peternak ayam petelur di Indonesia ini menggunakan pakan ternak ayam petelur olahan sendiri, demi menghemat biaya produksi. Pakan adalah faktor prosuksi utama dalam beternak, alokasi biaya produksi untuk pakan mencapai 75% dari total biaya produksi itu sendiri. Hampir semua peternak ayam petelur mampu meransum pakan yang baik, tapi kebanyakan dari mereka hanya membuat paka untuk ayam mereka sendiri.
Kemampuan meracik ransum pakan ternak ayam petelur ini bisa dikembangkan menjadi peluang usaha. Mungkin kita berfikir; ‘tidak aka nada yang mau beli, soalnya peternak lain juga bisa bikin sendiri’. Ini pemikiran yang salah, kita tidak pernah berfikir bahwa banyak sekali peternak yang inginbudidaya lebih praktis, membeli pakan jadi tentu lebih praktis daripada harus mengolah/ membuatnya sendiri. Kecendrungan ini lumrah ditemukan pada setiap peternak, kalau tidak percaya coba saja tanya peternak di dekat anda “apakah mereka lebih suka buat pakan sendiri apa beli pakan?” dengan asumsi harga pakan beda tipis dengan biaya meransun. Saya yakin kebanyakan peternak akan lebih memilih beli pkan jadi.
Begitu banyak sarjana lususan Jurusan Nutrisi Makanan Ternak yang malah lebih suka bekerja di leasing daripada buka usaha sendiri. Kebanyakan sarjana itu akan berkata “resiko beternak itu sangat tingg”, padahal dengan keahlian yang mereka punya seharusnya kata-kata seperti itu tidak lagi terdengar. Jika takut resiko usaha budidaya mengapa tidak ambil peluang usaha produksi pakan ternak, bukankah ilmu mereka sangat mendukung. Ini semua hanyalah masalah budaya, memang kebanyakan kita orang Indonesia budayanya sebagai pekerja, bukan sebagai pengusaha.
BACA SELENGKAPNYA DI KANDANG AYAM
Sesungguhnya bila banyak alternatif pakan ternak di pasaran harga pakan tidak akan melambung seperti saat ini. Kenaikan harga pakan itu lebih cenderung karena produsen pakan ternak di negeri ini memiliki kemampuan untuk monopoli, akibatnya mau tidak mau harga daging dan telur aya juga ikut naik. Perusahaan pakan besar juga makin kaya, karena mereka juga menguasai sektor budidaya dengan sistem kemitraan. Begitulah kenyataan, semoga tulisan singkat di pagi ini bermanfaat…
BACA SELENGKAPNYA DI KANDANG AYAM MODERN
Hampir 80 % peternak ayam petelur di Indonesia ini menggunakan pakan ternak ayam petelur olahan sendiri, demi menghemat biaya produksi. Pakan adalah faktor prosuksi utama dalam beternak, alokasi biaya produksi untuk pakan mencapai 75% dari total biaya produksi itu sendiri. Hampir semua peternak ayam petelur mampu meransum pakan yang baik, tapi kebanyakan dari mereka hanya membuat paka untuk ayam mereka sendiri.
Kemampuan meracik ransum pakan ternak ayam petelur ini bisa dikembangkan menjadi peluang usaha. Mungkin kita berfikir; ‘tidak aka nada yang mau beli, soalnya peternak lain juga bisa bikin sendiri’. Ini pemikiran yang salah, kita tidak pernah berfikir bahwa banyak sekali peternak yang inginbudidaya lebih praktis, membeli pakan jadi tentu lebih praktis daripada harus mengolah/ membuatnya sendiri. Kecendrungan ini lumrah ditemukan pada setiap peternak, kalau tidak percaya coba saja tanya peternak di dekat anda “apakah mereka lebih suka buat pakan sendiri apa beli pakan?” dengan asumsi harga pakan beda tipis dengan biaya meransun. Saya yakin kebanyakan peternak akan lebih memilih beli pkan jadi.
Begitu banyak sarjana lususan Jurusan Nutrisi Makanan Ternak yang malah lebih suka bekerja di leasing daripada buka usaha sendiri. Kebanyakan sarjana itu akan berkata “resiko beternak itu sangat tingg”, padahal dengan keahlian yang mereka punya seharusnya kata-kata seperti itu tidak lagi terdengar. Jika takut resiko usaha budidaya mengapa tidak ambil peluang usaha produksi pakan ternak, bukankah ilmu mereka sangat mendukung. Ini semua hanyalah masalah budaya, memang kebanyakan kita orang Indonesia budayanya sebagai pekerja, bukan sebagai pengusaha.
BACA SELENGKAPNYA DI KANDANG AYAM
Sesungguhnya bila banyak alternatif pakan ternak di pasaran harga pakan tidak akan melambung seperti saat ini. Kenaikan harga pakan itu lebih cenderung karena produsen pakan ternak di negeri ini memiliki kemampuan untuk monopoli, akibatnya mau tidak mau harga daging dan telur aya juga ikut naik. Perusahaan pakan besar juga makin kaya, karena mereka juga menguasai sektor budidaya dengan sistem kemitraan. Begitulah kenyataan, semoga tulisan singkat di pagi ini bermanfaat…
Post A Comment:
0 comments: